PROBOLINGGO,R-SEMERU.COM--
Gelaran Bromo Adventure Trail and Mountain Bike yang mendapat penolakan dari warga dan pegiat wisata Tengger kini menjadi perbincangan hangat. Bahkan, penolakan tidak hanya disampaikan warga Tengger, melainkan juga didukung oleh pegiat antikorupsi.
Bupati LSM Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Kabupaten Probolinggo, Samsuddin mengatakan, jika penolakan masyarakat Tengger sudah hal wajar, terlebih mereka khawatir kegiatan tersebut bakal merusak ekosistem Laut Pasir di wilayah konservasi Taman Nasional Bromo.
Selain bakal merusak ekosistem, menurut cak Sam, sapaan akrabnya, bagi warga Tengger, laut pasir Bromo merupakan salah satu kawasan sakral bagi masyarakat setempat. Terlebih, kata dia, di lokasi, terdapat Padmasari dan Pura Luhur Poten dan lokasi sakral lainnya.
"Wajar saja jika masyarakat Tengger menolak dengan adanya kegiatan tersebut, karena seperti yang diketahui bersama, masyarakat Tengger sangat menjunjung tinggi kepercayaan dan budaya mereka dan kita sangat mendukung dan menghormati itu,"kata cak Sam,Kamis (21/07/2022).
Penyelenggaraan Bromo Adventure Trail and Mountain Bike, menurut cak Sam, seharusnya sadar akan hal-hal yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Terlebih, wisata Bromo merupakan kekayaan daerah dan bahkan juga termasuk salah satu wisata internasional.
"Yang seharusnya aset berharga ini kita jaga bersama-sama, jangan malah bikin rusak. Kami pun sebagai warga Kabupaten Probolinggo meski bukan warga atau suku Tengger juga menolak tegas adanya kegiatan itu dan mendukung apa yang jadi keputusan masyarakat Tengger,"ujar cak Sam.
Cak Sam juga berujar apabila kegiatan tersebut tetap berjalan dan merusak ekosistem dirinya tidak segan untuk melakukan upaya hukum melaporkan pihak - pihak yang mengeluarkan izin terkait agenda Bromo adventure Trail and mountain bike,
Seharusnya, sambung pria kelahiran Tiris ini, pihak penyelenggara mengkaji terlebih dahulu faktor-faktor yang akan berdampak terhadap ekosistem sekitar sebelum memutuskan untuk digelar event tersebut. Terlebih, juga meminta pendapat dan kesepakatan masyarakat sekitar.
"Masyarakat Tengger sudah berusaha maksimal untuk menjaga lingkungan dan kearifan lokal di sana agar tetap asri dan sebagainya, tapi malah akan digelar event yang dampaknya lebih banyak ke negatifnya bagi lingkungan. Saya kira, tidak hanya saya dan warga Tengger yang menolak, semua masyarakat Kabupaten Probolinggo juga akan sependapat kalau seperti ini,geram cak Sam,"Pungkasnya*(hdyt-tim).