-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Oknum Guru di Probolinggo Diduga Melakukan Kekerasan Terhadap Siswanya, Kaki dan Tangannya Diikat dengan Lakban

Friday, 25 August 2023 | 08:47 WIB | 0 Views Last Updated 2023-09-07T22:46:15Z

Probolinggo,r-semeru.com -- Lagi-lagi kasus kekerasan terhadap siswa terjadi lagi. Mirisnya justru pelaku kekerasan terhadap anak didik ini dilakukan oleh oknum guru dilembaga pendidikan berbasis keagamaan yang selayaknya dapat menerapkan ketauladanan sesuai ajaran agama.

Seperti yang terpantau pada kasus Dugaan pemukulan terhadap siswa bernama YG siswa kelas VI di SDIT TAHFIDZ BINTANGKU yang berlokasi di Jalan Bengawan Solo Kelurahan Sumber Wetan Kecamatan Kepodok kota Probolinggo. 

Bisa jadi dugaan pemukulan terhadap YG ini terbilang cukup sadis, pasalnya saat menerima perlakuan pemukulan tersebut, siswa dibawah umur ini dalam kondisi kaki dan tangan diikat menggunakan lakban, Kamis (10/8/2023).

Ironisnya  kejadian yang terjadi sekitar pukul 16.00 hingga 16.30 Wib bukan hanya dilakukan oleh oknum Kepala sekolah, namun diduga beberapa tenaga pengajar juga melakukan hal yang sama (memukul siswa).  

Akibat dari perlakukan diluar kewajaran tersebut, YG mengalami kondisi babak belur dan ada sejumlah luka memar dibeberapa titik ditubuh anak tersebut. 

Baru sekitar jam 17.00 Wib, YG diantar pulang oleh Ustazdah Ani, salah satu guru pendamping di lembaga pendidikan SDIT Tahfidz Bintangku. 

Mendapati kondisi anaknya sedemikian rupa, Supriono orang tua dari anak ini terkejut dan secara spontan menanyakan kejadian yang sebenarnya pada guru pendamping yang mengantarkannya.  

Ustazdah Ani membenarkan jika telah terjadi pemukulan terhadap YG oleh kepala sekolah dan guru yang setelah didesak akhirnya guru pendamping tersebut menerangkan secara spesifik bahwa YG mendapat perlakuan ditampar, dicubit dan di injak-injak oleh kepala sekolah dan beberapa guru .

Saat pihak sekolah dikonfirmasi terkait kejadian tersebut dan berhasil menemui Syamsudin bidang Sarpras Yayasan Hairu Ummah. 

Menurut pria ini, sebaiknya kalau mau konfirmasi jangan ke Kepala sekolah yang dikhawatirkan akan membuat kepala sekolah terganggu psikologisnya.
"Kalau bisa jangan konfirmasi ke ibu Trisni, takut yang bersangkutan down dan terganggu psikologisnya."kata Syamsudin.
Lain halnya dengan Supriono, sebagai orang tua dari YG, warga Jalan Asahan no. 59 RT.002/RW.002 Kelurahan Curah Grinting Kecamatan Kanigaran kota Probolinggo ini merasa terpukul dan shock serta menyesalkan tindakan tenaga pengajar disekolah tersebut terhadap anaknya. 

Didampingi LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat), keesokan harinya (Jumat,11/8/2023) Supriono mendatangi sekolah guna mengklarifikasi kejadian yang menimpa anak kandungnya. 

Pihak sekolahpun membenarkan kejadian tersebut dan makin menambah gusar orang tua dari YG. 

Pada hari itu juga, Supriono yang mendapatkan pendampingan dari LSM Lira mendatangi kantor Perlindungan Ibu dan Anak (PPA) guna mengadukan kejadian itu. 
Sementara Kepala sekolah SDIT TAHFIDZ BINTANGKU, Trisni Asyigah Zin S.Pd saat dikonfirmasi ke sekolah terkait kasus tersebut ternyata tidak bisa menemui. 

Tim investigasi hanya ditemui Febri, wakil kepala sekolah bidang Kurikulum. Febri, menjelaskan jika persoalan tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Pihak sekolah menurut wakasek ini juga telah dipanggil PPA Pemkot Probolinggo guna memenuhi persyaratan pembuatan BAP (Berita Acara Pemeriksaan).

Dari hasil pemeriksaan di PPA tersebut, diarahkan untuk diselesaikan secara kekeluargaan antara pihak sekolah dan korban.
"Kami, kepala sekolah dan saya telah dipanggil oleh PPA dan akan dilakukan mediasi. Pihak PPA juga telah mendatangi rumah korban guna menanyakan kronologis pada siswa sehingga terjadi pemukulan seperti yang dimaksud."ujar Febri.

Sekda LSM LIRA kota Probolinggo, Bambang ketika dimintai tanggapan atas kasus ini dengan tegas mengatakan jika pihaknya akan komitmen mengawal persoalan ini "Bagaimanapun ini merupakan preseden buruk bagi dunia pendidikan, terlebih lembaga atau yayasan pendidikan ini berbasis keagamaan (Sekolah Dasar Islam Terpadu) yang beberapa pihak menilai kejadian ini jauh dari nilai-nilai agamis,"tegasnya.

Investigasi akan terus dikembangkan untuk melihat perkembangan lebih lanjut atas kasus kekerasan dilembaga sekolah tersebut. 

Reporter   :suh/tim
×
Berita Terbaru Update