Foto : lapangan bola voli yang pembangunan menggunakan dana desa tahun 2024
Lumajang, r-semeru.com- Pembangunan lapangan bola voli di kawasan wisata Tambuh Raya Idaman Desa Condro Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang,Jawa Timur, yang sebelumnya digadang-gadang akan menjadi daya tarik baru bagi masyarakat, kini berakhir merana.
Padahal proyek ini telah menghabiskan anggaran Dana Desa ( DD ) Tahun 2024 sebesar 75 juta rupiah.
Menurut mantan anggota LKMD Condro Dodik Supriyatno mangkraknya lapangan bola voli tersebut disebabkan berbagai faktor yang menjadi penyebab gagalnya proyek ini, diantaranya adalah:
1. Minimya Musyawarah dan Koordinasi dengan Masyarakat
Proyek ini dinilai tidak melalui musyawarah yang melibatkan masyarakat desa maupun pemangku kepentingan terkait. Sebagai fasilitas publik, pembangunan seharusnya mendengarkan aspirasi warga untuk memastikan kebutuhan mereka sesuai dengan tujuan proyek. Tanpa adanya dialog yang terbuka, hasil akhirnya menjadi kurang relevan dan tidak sesuai harapan
2. Kurangnya pemahaman tentang Olahraga Bola Voli
Lapangan bola voli memerlukan standar tertentu, baik dari segi ukuran, jenis material, hingga lokasi yang mendukung kegiatan olahraga. Namun, pembangunan di lokasi ini terkesan asal asalan tanpa mempertimbangkan aspek teknis. Akibatnya, lapangan ini kurang layak digunakan dan tidak menarik perhatian para pecinta olahraga voli.
3. Manajemen proyek yang lemah
Salah satu akar permasalahan adalah lemahnya manajemen proyek. Tidak ada perencanaan yang matang mengenai bagaiman lapangan ini akan dirawat dan dikelola setelah selesai dibangun. Akibatnya, lapangan dibiarkan begitu saja tanpa perawatan sehingga menjadi terbengkalai alias mangkrak.
4. Lokasi yang Tidak Tepat
Lokasi lapangan berada di kawasan wisata yang seharusnya difokuskan untuk kegiatan rekreasi dan ekonomi kreatif. Alih-alih menambah daya tarik, keberadaanya justru menimbulkan kesan tidak terencana, karena tidak sesuai dengan konsep utama kawasan wisata, terbukti tidak ada klub atau warga sekitar yang menggunakan setelah selesai dibangun.
5. Tidak Ada Tanggungjawab yang Jelas
Dalam setiap proyek, harus ada pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan keberlanjutan dan pengelolaan fasilitas. Namun, hingga saat ini tidak jelas siapa yang memegang tanggungjawab atas pembangunan dan pemanfaatan lapangan voli ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar terkait akuntabilitas anggaran yang sudah dikeluarkan.
"Pembangunan lapangan bola voli ini seharusnya menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. Kedepan ,perencanaan dan pelaksanaan proyek desa harus lebih matang dengan melibatkan masyarakat, mempertimbangkan kebutuhan dan potensi lokal, serta memastikan adanya pengawasan yang ketat,"ungkap Dodik.
Masih kata Dodik, harapan kita semua adalah agar pembangunan di Desa Condro tidak hanya menjadi simbol penghamburan anggaran, tetapi benar benar memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
"Kini saatnya semua pihak pihak duduk bersama untuk mencari solusi terbaik agar lokasi ini tidak menjadi saksi bisu dari sebuah proyek yang gagal,"tegas Dodik.
Sementara itu, Hadi warga yang tinggalnya tidak jauh dari lokasi lapangan bola voli yang mangkrak yang berhasil dikonfirmasi media ini mengatakan tidak tahu jika ada pembangunan lapangan bola voli .
"Saya tidak tahu kalau ada pembangunan lapangan bola voli di kawasan wisata Tambuh Raya Idaman,"ujar Hadi pada awak media, Kamis (2/1/2024).
Ironisnya ketua LKMD Condro Hartono menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah di ajak musyawarah terkait pembangunan di Desa Condro.
"Saya ga pernah diajak musyawarah dan merencanakan semua pembangunan yang ada di wisata Tambuh Raya Idaman,"tungkasnya.
Reporter : bas & tim