-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Penjaga Terang dari Kaki Semeru : Sucipto, Perintis Listrik Mikrohidro yang Mengubah Desa

Wednesday, 12 November 2025 | 12:38 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-12T05:38:51Z

 


R_SEMERU.COM I Lumajang - Di lereng Gunung Semeru yang sejuk dan berkabut, aliran sungai kecil di Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, menjadi sumber terang bagi ratusan rumah. Cahaya itu bukan berasal dari jaringan listrik besar, melainkan dari tangan seorang pria sederhana bernama Sucipto (61).


Setiap pagi dan sore, Sucipto menapaki jalan setapak menuju sungai di belakang rumahnya. Dengan sandal jepit dan langkah pelan penuh kesabaran, ia merawat Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang ia ciptakan sendiri lebih dari tiga dekade lalu. Lampu-lampu rumah warga adalah hasil kerja kerasnya, bukti bagaimana inovasi lokal bisa memberikan manfaat nyata.


Dulu, Kajar Kuning gelap setiap malam. Anak-anak belajar dengan pelita minyak, warga harus membeli minyak tanah, dan segala aktivitas berhenti saat matahari terbenam. Sucipto tak ingin warganya kehilangan kesempatan belajar. “Air itu sumber kehidupan. Kalau bisa menghidupi alam, kenapa tidak manusia?” ujarnya.


Berbekal ilmu teknik mesin dari IKIP PGRI Malang, Sucipto mulai merancang turbin dari besi bekas dan merakit generator di bengkel kecil miliknya. Percobaan demi percobaan ia lakukan, menghadapi keterbatasan bahan dan keraguan tetangga. Kesabaran dan ketekunannya perlahan mengubah aliran sungai menjadi sumber terang bagi desa.


Kini, 116 rumah di Kajar Kuning menikmati listrik dari PLTMH tersebut. Lampu-lampu yang menyala bukan sekadar penerangan, tetapi simbol kemandirian dan inovasi lokal.


Menjaga penerangan bukan perkara mudah. Sucipto memastikan turbin selalu bersih dari sampah dan ranting. Saat hujan deras, ia berjaga di tepi sungai, memastikan pasokan listrik tetap stabil. Malamnya sering terganggu oleh suara hujan, yang baginya bisa menjadi peringatan bagi turbin.


Tugasnya juga menuntut kesabaran. Pernah ia menghadapi kendala teknis dan harus membangun ulang instalasi. “Kalau berhenti, berarti saya egois. Padahal ini untuk semua,” katanya saat dikonfirmasi, Selasa (11/11/2025).


Dari bengkel sederhana itu, kini lebih dari 180 PLTMH telah ia buat dan pasang di desa-desa di seluruh Indonesia, dari Banyuwangi hingga Papua. Ketulusan dan inovasinya membawa penghargaan Kalpataru sebagai perintis lingkungan.


Bagi warga, Sucipto bukan sekadar perakit pembangkit. Ia adalah penjaga terang yang memastikan anak-anak tetap bisa belajar di malam hari.


Suparti, salah satu guru di wilayah tersebut, menceritakan, “Dulu anak-anak belajar pakai pelita. Sekarang mereka bisa membaca buku digital dan mengikuti kelas tambahan di malam hari. Semua berkat PLTMH Pak Sucipto.”


Selain pendidikan, listrik mikrohidro membuka peluang ekonomi. Warga memanfaatkan lampu untuk usaha kecil, seperti menjahit, produksi makanan ringan, dan warung malam. Cahaya dari sungai menjadi motor produktivitas komunitas.


Sucipto juga menanamkan kesadaran lingkungan. Santri, pemuda, dan ibu-ibu diajak menjaga aliran sungai tetap bersih, menanam pohon di tepi sungai, dan memanfaatkan energi secara bijak.


“PLTMH bukan sekadar lampu. Ini laboratorium hidup bagi desa,” kata Sucipto. Anak-anak belajar bagaimana memanfaatkan energi alam tanpa merusak lingkungan.


Di musim hujan, Sucipto tetap siaga. Ia memeriksa turbin agar tetap bersih dari sampah dan ranting. Kewaspadaan ini membuat listrik desa tetap stabil dan aman.


Ketika jaringan listrik PLN masuk desa, PLTMH tetap dijaga. Selain sebagai cadangan, pembangkit ini menjadi simbol kemandirian warga. “Air tidak pernah berhenti memberi. Selama masih ada yang butuh terang, saya akan terus menjaganya,” ujar Sucipto.


Tahun 2025, Dusun Kajar Kuning dimerger dengan Dusun Pocosumo. Meski ada perubahan administratif, PLTMH tetap berfungsi sebagai penopang listrik warga dan simbol harapan bagi komunitas yang terus menata kehidupan.


Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak desa di Indonesia. Dari Jawa Timur ke Papua, PLTMH buatan Sucipto membantu warga memanfaatkan energi mikrohidro secara berkelanjutan.


Inovasi ini menunjukkan bahwa teknologi sederhana, dipadukan dengan ketekunan dan kepedulian sosial, mampu memberikan manfaat luas. PLTMH menjadi solusi energi terbarukan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.


Bagi warga, Sucipto adalah teladan kesabaran dan kepedulian. Lampu-lampu yang menyala di malam hari bukan sekadar penerang, tetapi simbol harapan, kemandirian, dan gotong royong.


Di kaki Semeru, cerita Sucipto menunjukkan bahwa satu orang bisa mengubah kehidupan banyak orang. Ia bukan sekadar perakit, tapi penjaga terang yang menyalakan harapan dan menumbuhkan kemandirian warga.


Dalam senyap malam, ketika lampu-lampu rumah warga Kajar Kuning-Pocosumo menembus kabut, terlihat kebenaran sederhana: inovasi, ketekunan, dan kepedulian terhadap sesama mampu mengubah gelap menjadi terang. 


Reporter : alief

×
Berita Terbaru Update