Probolinggo, r-semeru.com — Ada yang istimewa dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Kecamatan Pakuniran tahun ini. Selain semarak lomba tradisional yang penuh canda tawa, hadir pula sebuah ajang yang menghangatkan hati: Lomba Guru Smart Inovatif, sebuah bentuk penghargaan tulus untuk para pahlawan pendidikan.
Kegiatan ini digagas oleh tiga organisasi guru tingkat pendidikan anak usia dini di Kecamatan Pakuniran, yakni Ikatan Guru Raudlatul Athfal (IGRA), Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI), dan Himpunan Pendidik Anak Usia Dini (HIMPAUDI). Acara berlangsung sejak Rabu tanggal 19 s.d 21 Agustus 2025 di Pendopo Kecamatan Pakuniran, dan langsung menyedot perhatian para pendidik.
Plt. Camat Pakuniran, Hasan Zainuri, menyampaikan apresiasi mendalam atas terselenggaranya lomba tersebut. Ia berharap, ajang ini menjadi bentuk pengakuan atas dedikasi para guru yang selama ini bekerja dalam senyap mendidik, membimbing, dan menyalakan semangat belajar anak-anak di tengah tantangan zaman.
“Kami ingin momen kemerdekaan ini menjadi panggung untuk para guru. Mereka adalah pahlawan masa kini yang layak mendapat sorotan, bukan hanya karena ilmu yang diajarkan, tetapi juga karena ketulusan dan kreativitas mereka,” ujarnya penuh semangat.
Puluhan guru dari jenjang PAUD, TK, dan RA hadir bukan hanya untuk berkompetisi, tapi juga untuk berbagi gagasan. Mereka membawa karya pembelajaran inovatif, mulai dari media digital interaktif, metode bermain sambil belajar, hingga pendekatan karakter berbasis nilai-nilai lokal.
Salah satu peserta, Nurul Hayati dari PAUD KB Darul Hidayah, Desa Gunggungan Kidul, memperkenalkan ide sederhana namun menarik: pembelajaran bertema “Binatang Peliharaan”. Anak-anak diajak mengenal hewan melalui gambar, menirukan suara mereka, hingga bernyanyi bersama.
“Saya hanya ingin anak-anak senang belajar. Kalau mereka bahagia, ilmu akan lebih mudah masuk,” ucapnya sambil tersenyum.
Meski nantinya akan ada pemenang yang diumumkan, semua peserta pulang dengan hati yang hangat. Lomba ini bukan semata soal siapa yang unggul, melainkan tentang bagaimana ide-ide kecil dapat mengubah suasana kelas menjadi tempat yang menyenangkan dan bermakna.
Perayaan kemerdekaan di Pakuniran tahun ini terasa lebih membumi. Di antara riuh rendah pawai, lomba balap karung, dan sorak-sorai rakyat, terselip satu momen hening yang menggugah: apresiasi tulus kepada para pendidik yang terus menyalakan obor pengetahuan.
Sebab, kemerdekaan sejati adalah ketika guru diberi ruang untuk berkreasi, dan anak-anak diberi kesempatan untuk belajar dengan bahagia.
Kontributor: dyt